Tuesday, November 27, 2012

FINGER TUTTING



Jadi Finger tutting itu semacam breakdance yang fokusnya cuma sama jari-jari aja (jari-jari? matematika SD kali ya gan). Finger tutting itu salah satu aliran street dance yang mengandalkan jari dan tangan.

Konon kabarnya nih, finger tutting itu terinspirasi dari hieroglif Mesir lho. Ane ciyus loh ini gan. Simpelnya ya, intinya tuh gerakan jari dan tangan ngikutin irama musik dengan model gaya robotik alias rada-rada kaku gitu. Nah, karena terinspirasi dari zaman Mesir kuno, jadi namanya juga ngikutin nama raja Mesir jaman itu, Tutankhamun.

Tutting di awal kemunculannya itu ngelibatin gerakan semua anggota tubuh, tapi yang bikin ane kaget gan, kemudian berkembang gaya baru yaitu cuma dengan menggunakan jari dan lengan, namanya finger tutting (Ane masih ciyus ya gan). Jenis street dance yang satu ini aslinya udah terkenal di YouTube sejak awal-awal 2000-an, trus mendadak heboh lagi sejak 2009.

Nah, kalo finger tutter yang terkenal itu ada JayFunk nih gan. Si Jay Funk ini sering posting video pribadinya Finger tutter, ada juga yang nih Gan yang jago juga terkenal namanya J.Smooth. Dia nongol di ending scene Step Up 3D.

Selain karena kekerenan dan kerumitan gerakannya, finger tutting semakin menyebar karena semua orang bisa mempelajarinya

Sumber
Baca Selengkapnya..

Bento, Seni Merangkai Bekal Ala Masyarakat Jepang


Bento atau o-bento adalah istilah bahasa Jepang untuk makanan bekal berupa nasi berikut lauk-pauk dalam kemasan praktis yang bisa dibawa-bawa dan dimakan di tempat lain. Seperti halnya nasi bungkus, bento bisa dimakan sebagai makan siang, makan malam, atau bekal piknik.
Bento biasanya dikemas untuk porsi satu orang, walaupun dalam arti luas bisa berarti makanan bekal untuk kelompok atau keluarga. Bento dibeli atau disiapkan sendiri di rumah. Ketika dibeli, bento sudah dilengkapi dengan sumpit sekali pakai, berikut penyedap rasa yang disesuaikan dengan lauk, seperti kecap asin atau saus uster dalam kemasan mini.
Ciri khas bento adalah pengaturan jenis lauk dan warna agar sedap dipandang serta mengundang selera. Bento dapat pula dihias dan disusun rapi dalam gaya yang disebut kyaraben. Kemasan bento selalu memiliki tutup, dan wadah bento bisa berupa kotak atau nampan segi empat dari plastik, kotak roti, atau kotak kayu kerajinan tangan yang dipernis. Ibu rumah tangga di Jepang dianggap perlu terampil menyiapkan bento, walaupun bento bisa dibeli di mana-mana. Di Indonesia, hidangan ala bento mulai dipopulerkan jaringan restoran siap saji Hoka Hoka Bento sejak tahun 1985.


Sejarah Bento

Pada akhir zaman Kamakura, orang Jepang mengenal makanan praktis berupa nasi yang ditanak dan dikeringkan. Makanan ini disebut hoshi-ii (nasi kering) dan dibawa di dalam tas kecil. Hoshi-ii bisa dimakan begitu saja, atau direbus di dalam air sebelum dimakan. Di zaman Azuchi Momoyama (1568-1600), orang sudah mulai senang makan di luar, dan kotak kayu yang dipernis digunakan sebagai wadah membawa makanan. Bento mulai dikenal sebagai makanan praktis dalam kesempatan hanami atau upacara minum teh.
Pada zaman Edo (1603-1867), kebudayaan bento semakin meluas di kalangan rakyat banyak. Orang yang bepergian atau berwisata membawa makanan praktis yang disebut koshibento (bento di pinggang). Isinya beberapa onigiri yang dibungkus daun bambu, atau nasi di dalam kemasan kotak beranyam dari bambu yang diikatkan di pinggang. Salah satu jenis bento yang disebut makunouchi bento populer di kalangan rakyat yang menonton pertunjukan noh dan kabuki. Bento dimakan sewaktu pergantian layar panggung (maku) sehingga dinamakan makunouchi bento. Di zaman Edo, cara memasak, mengemas, dan menyiapkan bento untuk kesempatan hanami dan hinamatsuri sudah diterbitkan dalam buku resep masakan.
Penjualan paket nasi yang disebut ekiben (bento stasiun) dimulai sejak zaman Meiji. Ekiben dimaksudkan untuk dinikmati di atas kereta, dan sering merupakan hidangan khas dari daerah tempat stasiun kereta api tersebut berada. Stasiun KA Utsunomiya (Prefektur Ibaraki) merupakan salah satu stasiun yang mengklaim sebagai penjual ekiben yang pertama. Pada 16 Juli 1885, di Stasiun KA Utsunomiya dijual ekiben berupa dua buah onigiri berisi umeboshi dan potongan asinan lobak (takuan) dengan pembungkus daun bambu. Bekal bento yang dibawa murid dan guru juga mulai populer di zaman Meiji. Jam pelajaran baru selesai di petang hari, dan sekolah-sekolah belum memiliki dapur dan kafetaria yang menyediakan makan siang. Selain bento berisi nasi, penjual bento juga mulai menyediakan bento ala Eropa berisi sandwich.
Pada zaman Taisho (1912 - 1926), perbedaan kaya-miskin yang tajam seusai Perang Dunia I menimbulkan gerakan sosial untuk menghentikan kebiasaan membawa bento ke sekolah. Bento dituduh sebagai sarana pamer kekayaan bagi anak orang berada yang mampu membawa nasi ke sekolah.
Pada awal zaman Showa, kotak dari aluminum untuk membawa bento sangat digemari orang Jepang dan merupakan barang mewah. Setelah Perang Dunia II, tradisi membawa bento secara berangsur-angsur hilang sejalan dengan semakin banyaknya sekolah yang menyediakan ransum makan siang.
Bento kembali populer di tahun 1980-an setelah dikenal kemasan kotak plastik polistirena sekali pakai, oven microwave, dan semakin meluasnya toko kelontong 24 jam. Sementara itu, bento buatan ibu kembali mulai digemari, dan tradisi membawa bento dari rumah hidup kembali. Keahlian menyiapkan bento untuk anak-anak merupakan kebanggaan tersendiri bagi ibu rumah tangga. Lauk seperti sosis dan nori dipotong-potong atau digunting untuk dijadikan hiasan, seperti daun, bunga, binatang, hingga karakter anime.

Jenis-jenis Bento

Shokado bento
Bento yang dihidangkan di dalam kotak kayu dengan tutup yang bisa menutup dengan rapat, dan di dalamnya terdapat pembatas untuk membagi wadah menjadi 4 bagian.
Chuka bento
Kemasan bento berisi makanan Cina

Kamameshi bento

Bento yang menggunakan periuk tanah liat sebagai kemasan.

Makunouchi bento
Bento tradisional berisi nasi dan lauk.

Noriben
Bento berisi nasi ditutupi nori yang sudah dicelupkan ke dalam kecap asin.

Hinomaru bento
Bento yang hanya terdiri dari nasi putih dan sebuah umeboshi yang diletakkan di tengah-tengah seperti bendera Jepang.

Kouraku bento
Semua jenis bento yang dimakan pada jalan-jalan, seperti untuk melihat cherry blossom. Bisa menjadi bento makunouchi rumit, atau sesuatu yang dicampur pada sebuah toko.

Ohanami bento
Sebuah bento yang dimakan sambil mengagumi bunga sakura.

Omotenashi bento
Bento yang disajikan untuk tamu, biasanya jenis bento makunouchi.

Juku bento
Bento ringan yang makan pada malam hari pada saat juku (ujian persiapan) sekolah.

Istilah yang terkait dengan Bento

Hoka bento (bento panas)
Bento yang dibeli dari rumah makan bento untuk dibawa pergi, disertai nasi panas yang baru dimasak (hokahoka) disertai menu sampingan yang baru matang pula. Istilah ini populer setelah munculnya Hokka Hokka Tei.

Shidashi bento (bento kiriman)
Bento yang tidak dibuat di rumah, melainkan dibeli di penjual bento atau rumah makan.

Hayaben (bento lebih awal)
Perbuatan murid sekolah yang memakan bento sebelum waktu makan siang tiba.

Soraben (bento udara)
Bento yang dijual di bandar udara.

Rokeben (bento lokasi)
Bento yang disediakan di lokasi syuting film atau acara televisi.

Aisai bento (bento istri tercinta)
Bento yang disiapkan istri di rumah untuk suami di kantor.

Reito mikan (bento jeruk beku)
Pencuci mulut berupa jeruk yang dibekukan dan dijual di stasiun KA atau di atas KA bersama ekiben.

Kaskus.co.id
Baca Selengkapnya..

Sunday, November 25, 2012

Fadjar Sidik Maestro Lukis Indonesia



Fadjar Sidik, pria kelahiran Peneleh, Surabaya, 8 Februari 1930 ini, telah berjuang sebagai seorang modernis dalam lingkungan seni lukis Yogyakarta yang kuat mengembangkan paradigma estetik kerakyatan. Dalam lukisan-lukisannya, ia menciptakan bentuk-bentuk abstrak yang disebutnya “desain ekspresif”.

Karya-karyanya telah bergeser dari pokok figuratif ke raut nirmana; dari ruang representasional (pictorial) ke bidang yang cuma asyik mencacah bentuk (picturesque). Dan alasan kehadiran seni lukisnya, katanya, sama saja dengan cap tangan manusia purba yang tertera di dinding gua 20 ribu tahun silam.
Salah satu manifestasi pencapaian bentuk abstrak murni Fadjar Sidik, bisa dilihat dalam lukisannya Dinamika Keruangan (1969). Dalam karyanya ini, ia menampilkan ritme-ritme bentuk dari dua gugusan elemen visual dengan dominan warna hitam dan warna kuning oker. Di sela-sela susunan bentuk terdapat bulatan-bulatan merah yang memberikan aksentuasi seluruh ritme itu, sehingga timbul klimaks yang menetaskan kelegaan.
Jika dalam lukisan ini terdapat bentuk bulan dan sabit, hal itu sama sekali bukan representasi religius yang berkaitan dengan nilai simbolik bulan penuh dan bulan sabit. Demikian juga dengan gugusan bentuk-bentuk segi empat dan geliat sulur garis hitam, bukan abstraksi bentuk ular dan sarangnya yang mempunyai nilai magis simbolik. Pelukis lebih menekankan bagaimana dalam kanvasnya hadir ekspresi visual yang membuat dinamika, ketegangan, ritme, keseimbangan, atau karakter-karakter lain.
Kemudian mengenai judul-judul lukisan abstraknya, secara semantik, kata-kata dalam judul mempunyai koherensi yang kuat dengan karakter bentuk-bentuk karyanya. Seperti pada serial “Dinamika Keruangan”, “Interior”, “Fantasi Lurik”, “Metropol”, serta “Sangkala”, walaupun tidak memiliki muatan nilai-nilai literer atau sosial, namun tetap mencerminkan karakter-karakter visual yang mempunyai koherensi dengan prinsip-prinsip visual yang mengasosiasikan bentuk-bentuk pada serial judul-judul itu.
Dalam perjalanan kesenian Fadjar Sidik, ada dua unsur kuat yang memberikan warna pengaruh. Unsur pertama adalah pemikiran-pemikiran Barat yang terbentuk lewat pendididkan formal dan suasana kultural dalam kehidupan masa kecil. Dan unsur kedua adalah pendidikan sanggar, yang memberikan dasar-dasar penguasaan teknik dan pemahaman atas sikap serta etos kerja seniman.
Fadjar Sidik lahir dari keluarga yang kental dengan kultur Islam. Ayahnya yaitu M. Sidik adalah seorang pengikut Muhammadiyah yang aktif, dan ibunya, yaitu Dewi Maryam adalah pengurus Aisiyah. Namun demikian, keluarga yang kental dengan kultur Islam ini kena imbas semangat nasionalisme dari tokoh-tokoh pergerakan nasional yang banyak lahir di daerahnya.
Tahun 1942 Fadjar Sidik dikirim ke HIS Muhammadiyah Ngupasan Yogyakarta. Harapannya agar ia berinteraksi dengan kemajuan pendidikan Barat sekaligus nasionalis dan religius seperti tokoh-tokoh pergerakan nasional yang dikagumi ayahnya. Tapi di HIS, Fadjar justru sangat antusias dengan pelajaran menggambar.
Minat pada seni lukis semakin mendapat suasana yang kondusif lewat bacaan-bacaan. Di tempat pemondokannya, yaitu di Kauman, rumah keluarga H. Mochtar seorang pegawai Raad van Agama, ia dapat menyerap bacaan-bacaan dari majalah Orient dan Djawa Baroe yang menjadi langganan keluarga itu.
Kemudian pada masa sekolah di SMA tahun 1949, Fadjar Sidik telah mulai mencoba membuat sketsa dan vignette yang dikirim ke majalah-majalah kebudayaan, dan dimuat. Hal ini selain memberikan kepercayaan pada bakat melukisnya, juga membulatkan wacana pada kebudayaan yang berorientasi pada modernisme Barat.
Tahun 1952 Fadjar Sidik meneruskan kuliah di Sastra UGM. Jurusan itu telah menyuburkan minatnya terhadap kebudayaan Barat. Selanjutnya untuk menyalurkan hasrat melukisnya, ia masuk ASRI bagian V, yaitu guru gambar. Tapi di situ pun Fadjar lebih banyak porsi teori. Lalu ia mendatangi Sudjojono untuk belajar, tapi ia disarankan ke Sanggar Pelukis Rakyat. Di sanggar inilah ia dapat menguasai sketsa menjadi bahasa visualnya.
Tahun 1957, pada konggres Lekra di Solo, Sanggar Pelukis Rakyat resmi menjadi underbrow PKI. Fadjar Sidik yang telah terisi dengan berbagai konstruk pemikiran Barat, meninggalkan sanggar itu dan meneruskan petualangan estetiknya ke Bali.
Di Bali Fadjar Sidik dapat menemukan gairah baru dalam berkarya. Di sini objek-objek artistik melimpah, komunitas seniman tersebar, dan pendukung komersial kuat, hingga menyuburkan kreativitas. Sketsa-sketsa Fadjar Sidik pun mengalir deras merekam aktivitas kehidupan sehari-hari yang unik.
Akan tetapi pembangunan pariwisata telah mengubah wajah Bali. Dengan cepat, gedung, listrik, mobil, jalan aspal, radio tape, alat-alat plastik mengubah Bali yang natural menjadi artificial. Fadjar Sidik pun gelisah karena kehilangan objek-objek yang artistik dan puitis.
Menurut Fadjar Sidik, hasil industri itu memang banyak yang bentuknya indah dan enak dilihat, tapi tidak untuk dilukis. Mereka perlu rusak dulu baru bisa dilukis atau dibuat patung. Dan dalam melukis ini, ia mengaku tidak sampai hati.
Ia yang kecewa karena kehilangan dunia idealnya, akhirnya memutuskan, daripada menggambar obyek-obyek hasil kreasi para desainer industri itu, lebih baik menciptakan bentuk sendiri saja untuk keperluan ekspresi murni. Dan terjadilah bentuk-bentuk abstrak ciptaannya.
Tahun 1961, Abas Alibasyah mengajak Fadjar Sidik pulang ke Yogyakarta untuk mengajar di ASRI. Di situlah fadjar Sidik semakin kuat mengeksplorasi bentuk-bentuk abstrak dalam karyanya. Bentuk-bentuk yang ia ciptakan sendiri, tanpa merepresentasikan bentuk-bentuk apapun di alam itu, merupakan sikap yang purna dari pencarian dan pemberontakan estetiknya.
Tapi tak sejalan dengan proses pencarian kemurniannya, penghargaan terhadap lukisannya cukup memprihatinkan. Pernah, seorang art dealer membeli sejumlah besar lukisannya dengan harga murah. Dan yang memprihatinkan lagi, penggemarnya di Indonesia sangat sedikit , dan malah banyak di luar negeri.
Fadjar Sidik yang meninggal dunia pada 18 Januari 2004 di rumahnya Yogyakarta, terbukti selama 40 tahun lebih telah mempertahankan keyakinan estetik abstraknya secara kuat. Ia telah menjadi agen perubahan dalam seni lukis modern sekaligus pelopor seni lukis abstrak di Indonesia. (yunisa)
Sumber:
Wawancara Oei Hong Djien, oleh Muhidin M Dahlan.
M. Dwi Marianto dan M. Agus Burhan, Fadjar Sidik, Dinamika bentuk dan ruang, Jakarta: Rupa-rupa seni, 2002.
Hendro Wiyanto, Jejak Modernisme Fadjar Sidik dalam http://majalah.tempointeraktif.com.

http://www.galeri-nasional.or.id.

Baca Selengkapnya..

But Muchtar


Lahir di Bandung, 20 Desember 1930, dan meninggal di kota yang sarna, 31 Juni 1993. Menyelesaikan pendidikan di Departemen Seni Rupa, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia di Bandung (ITB) (1952-1959), Rhode Island School of Design, Provedence, R.I. USA (1960-1961), Art Students League of New York, N.Y., USA (1961), Sculpture Center of New York, N.Y, USA (1961-1962), Bedi-Rasi Art Foundry, New York, N.Y., USA (1962), Research Fellow, Masschusetts Institut of Technology, USA (1962-2963).

Berbagai jabatan pernah dipangkunya antara lain: Ketua Departemen Seni Rupa ITB (1975-1977), Sekretaris ITB bidang Komunikasi dan Kebudayaan (1977-1980), Sekretaris Rektor Bidang Komunikasi dan Kebudayaan, ITB (1980-1984), dan sejak tahun 1984 menjabat Rektor Institut Seni Indonesia.

Terlibat aktif dalam berbagai kegiatan, baik nasional maupun internasional, antara lain: sebagai juri sayembara Arsitektur Gedung Kotamadya Bandung (1979), Panitia Juri Sayembara Monumen Proklamator RI, Jakarta (1980), Ketua Design Canter Pavilion Indonesia, EXPO’86, Vancouver, Canada (1985).

Kertas kerja Acces towarel Art Activities disampaikan dalam Simposium “On Enviromental Design” yang diselenggarakan oleh International Association of Artst, Manila, Philippines (1982). Pendidikan Seni Patung dan Seni Rupa di Indonesia kertas ketua dalam rangka Third Asean Sculpture Symposium di Jakarta (1984), A Search for New Identity, makalah “Symposium Art and Development” Titofrad-Yugoslavia (1985). Aktif berpameran, baik tunggal maupun bersama, sejak tahun 1953 hingga sekarang, berbagai kota di Indonesia maupun mancanegara. Sumbangan karya patung monumentalnya di Jakarta antara lain: Relief Kayu di Wisma Bahari, Tanjung Priok (1964), Relief Metal di Gedung DPR/MPR, Jakarta (1970), Relief Metal di Gedung DPA, Jakarta (1982).
Baca Selengkapnya..

Mochtar Apin


Senirupawan, lahir di Bukit Tinggi, Padang Panjang, Sumatera Barat, 23 Desember 1923 dan meninggal di Bandung, 1 Januari 1994. Seorang putera dari seorang pegawai kereta api. Ia mendapatkan pendidikan luas, yang pada tahun 1948 mencoba meraih gelar sarjana sastra di Universitas Indonesia di Jakarta. Walaupun berbakat dalam puisi serta menulis, melukis menjadi gairahnya sementara ia masih di sekolah (1939-1940). Lulus Seni Rupa ITB, Bandung (1951), Seni Rupa dan Kria, Amsterdam (1952), Ecole Nationale Superieure des Beaux Art, Paris (1957), dan Deutsche Akademie der Kunste, Berlin (Jerman) tahun 1958. Salah seorang pendiri organisasi budaya Gelanggang. Sejak tahun 1950 sampai akhir hayatnya, aktif mengikuti pameran bersama ataupun tunggal.

Di bawah pemerintahan Jepang, seperti begitu banyak seniman kerabatnya, ia bekerja di Pusat Kebudayaan. Pada tahun 1946 ia aktif sebagai editor sebuah jurnal, Nusantara, dan pada tahun 1947 ia bekerja untuk majalah berkala Pembangunan dan Gema Suasana, sementara juga memproduksi ilustrasi-ilustrasi untuk organisasi penerbitan pemerintah, Balai Pustaka. Dengan berdirinya Sekolah Seni Rupa di Bandung pada tahun 1948, Apin ditemukan oleh Admiral, direktur pertamanya, dan menjadi seorang teman dekat serta mahasiswa dari Ries Mulder, pelukis Belanda serta pengajar utarna di Bandung. Pada tahun 1951 ia pergi ke Holland atas beasiswa dari STICUSA di mana ia bekerja dan berpameran selama dua tahun. Pada 1953, ia pergi ke Paris untuk belajar selama empat tahun di Ecole Nationale Superieure des Beaux-Arts, menghabiskan waktu cukup banyak pada seni grafis serta fotografi.

Bekerja cukup banyak pada seni gratis serta fotografi. Sementara bekerja serta mengadakan perjalanan ke luar negeri, ia dikontrak untuk melukis mural di gedung Kedutaan Besar Indonesia di Paris. Di Jerman ia mendekorasi sebuah restoran Indonesia di Dusseldorf dengan mural. Pada Mei 1958 Mochtar Apin kembali ke Indonesia, bergabung dengan staf pengajar di Institut Teknologi Bandung sebagai seorang dari pengajar-pengajar seni terkemuka. Pada tahun 1966 ia adalah kepala Bagian Grafis dari Departemen Seni Rupa.
Baca Selengkapnya..

Desain Komunikasi Visual



Desain komunikasi visual atau lebih dikenal di kalangan civitas akademik di Indonesia dengan singkatan DKV pada dasarnya merupakan istilah penggambaran untuk proses pengolahan media dalam berkomunikasi mengenai pengungkapan ide atau penyampaian informasi yang bisa terbaca atau terlihat. Desain Komunikasi Visual erat kaitannya dengan penggunaan tanda-tanda (signs), gambar(drawing), lambang dan simbol, ilmu dalam penulisan huruf (tipografi), ilustrasi dan warna yang kesemuanya berkaitan dengan indera penglihatan.

Proses komunikasi disini melalui eksplorasi ide-ide dengan penambahan gambar baik itu berupa foto, diagram dan lain-lain serta warna selain penggunaan teks sehingga akan menghasilkan efek terhadap pihak yang melihat. Efek yang dihasilkan tergantung dari tujuan yang ingin disampaikan oleh penyampai pesan dan juga kemampuan dari penerima pesan untuk menguraikannya.

Berikut ini merupakan sejarah perkembangan desain komunikasi visual:

Latar Belakang Victorian

Dengan meledaknya revolusi industri, maka kebutuhan manusia pada zaman itu semakin berkembang. Muncul kebutuhan untuk mempromosikan dan menginformasikan sesuatu dari seseorang ke public umum. Teknologi cetak pun semakin berkembang, hingga muncul kebutuhan-kebutuhan baru dalam bidang marketing, diantaranya kebutuhan untuk mengedukasi pasar dengan iklan, bagaimana mempercantik sebuah kemasan produk, bagaimana menginformasikan secara massal sebagai sebuah industrialisasi yang semakin maju dan kompleks. Gaya Victorian ini terkesan natural. Terlihat dari berbagai poster dan iklan pada zaman itu yang kebanyakan menggambarkan seseorang dengan pose-pose yang terkesan datar, alami dan biasa terjadi di lingkungan sekitar, pose-pose ekstrem misalnya menggunakan sudut pandang mata kodok sangat sulit diterima pada zaman ini.

Desainer paling berpengaruh dan desainer-desainer lainnya

Desainer paling berpengaruh
Rouchon
Sir John Millais
Desainer lainnya
Rummler
Grant Hamilton
Alfred Le Petit
Ciri-ciri style

Ilustrasi secara realisme dan sentimental serta mengutamakan keindahan.
Penggambaran karakter perempuan yang berbadan subur.
Framing berupa ornamen-ornamen.
Banyak ditemui karya-karya yang sifatnya simetris.
Typografi dengan menggunakan fonts jenis Sans Serif banyak ditemui, dalam satu karya menggunakan berbagai variasi font.
Penggunaan warna-warna yang natural.
Arts and Crafs

Latar belakang

Arts and Craft muncul sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap Victorian yang dianggap sudah terlalu tradisional dan ketinggalan zaman. Selain itu Victorian juga miskin nilai-nilai estetis karena sifat-sifatnya yang natural dan apa adanya. Maka Arts and Craft muncul dengan pelopornya William Morris, mengusung gaya ilustrasi yang kaya akan seni decorative yang memiliki nilai craftmenship tinggi.

Desainer paling berpengaruh dan desainer-desainer lainnya

Desainer paling berpengaruh
William Morris
Henry van de Velde
Aubrey Breadsley
Desainer lainnya
Wilbur Macey
Charles Ricketts
Walter Crane
Daniel Berkley
Gustav Stickley
Ciri-ciri style

Sudah memiliki prinsip proporsi dan fungsi-fungsi bentukan
Memiliki nilai estetis dan craftmenship yang sangat tinggi
Border berupa seni ornament yang mayoritas berupa sulur-sulur atau tetumbuhan yang padat dan rumit
Dipengeruhi oleh gaya ilustrasi Gothic
Bila dibandingkan dengan gaya ilustrasi sebelmnya yaitu Victorian, Arts and Crafts jauh terlihat lebih bagus dan inovatif.
Art Nouveau

Latar belakang

Sama halnya dengan Arts and Crafts, Art Nouveau juga muncul sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap Victorian. Art Nouveau dianggap sebagai gaya ilustrasi yang pertama kali di dalam dunia desain secara internasional. Seorang kritikus berpendapat mengenai Art Nouveau, “one of the most imaginative innovation in the history of design”.

Desainer paling berpengaruh dan desainer-desainer lainnya

Desainer paling berpengaruh
Alphonse Mucha
Lautree
Eugene Grasset
Raymond Savignac
Jules Cheret
Desainer lainnya
Arthur H. Mackmundo
J. J Gould
William Carqueville
Tadamori Yokoo
Pierre Bonard
Leonetto Cappiello
Ciri-ciri style

Dekoratif, tetapi jauh lebih sederhana bila dibandingkan dengan Arts and Craft
Pewarnaan yang flat
Sudah memiliki prinsip penataan secara geometris
Umumnya asimetris, gambar dan tulisan saling mengimbangi
Art Deco

Latar belakang

Art Deco muncul pada sekitar tahun 1925, pada saat ‘Exposition International Des Arts Decoratifts et Industrial Modernes’ di Paris, 1925. Sebuah karya Art Deco mempresentasikan kemewahan, extravaganza, glamour, kejayaan akan permesinan, konsumerisme dan kecepatan pada masa itu. Mulai muncul bentukan-bentukan yang ebih modern, dimana terdapat bentuk-bentuk geometris dan kurva-kurva, streamline, mjotion line dan lampu-lampu mesin.

Desainer paling berpengaruh dan desainer-desainer lainnya

Desainer paling berpengaruh
Cassandre
Paul Collin
Charles Loupot
Desainer lainnya
Pierre Fix-Masseau
Leonetto Cappiello
Ciri-ciri style

Mempresentasikan kemewahan, extravaganza, glamour, kejayaan akan permesinan, konsumerisme dan kecepatan
Bentuk-bentuk geometris dan kurva-kurva, streamline, motion line dan lampu-lampu mesin
Mengutaman kesederhanaan peletakan elemen-elemen desain
Kitsch

Latar belakang

Kitsch dalam bahasa Jerman bermakna ‘bad taste’. Dalam dunia seni, kitsch biasa digunakan untuk menjelaskan bahwa suatu karya itu memliki nilai sentimental yang berlebihan, vulgar dan memiliki maksud tertentu. Gaya ilustrasi Kitsch tidak termasuk dalam perkembangan Sejarah Desain Grafis karena aliran ini dianggap sebagai ‘outsider arts’. Istilah Kitsch juga jarang disebutkan di dalam dunia pendidikan Desain, tetapi terwakili oleh istilah gaya ilustrasi ‘Era 50-an’.

Desainer paling berpengaruh dan desainer-desainer lainnya

Desainer yang paling berpengaruh
Grant Wood
James Montgomery
Norman Rockwell
Desainer lainnya
Fred G. Johnson
Joe Shuster
Raymond Loewy
Ciri-ciri style

Realisme dan sering dijumpai menggunakan teknik-teknik pencampuran dengan teknik lain seperti fotografi dan kolase.
Telah mengenal prinsip title dan sub tilte.
Penggunaan warna-warna yang lebih menarik dan bervariasi.
Over Sentimental
Vulgar
Latemodern

Latar belakang

Periode Late Modern didominasi oleh inovasi-inovasi dari Amerika. Gaya ilustrasi ini terinspirasi dari European Avant Garde yang modernist. Muncullah karya-karya yang menjunjung simplicity dan non-decorative. Pada masa inilah bidang periklanan mengalami zaman keemasannya. Teknik-teknik fotografi, typesetting dan printing yang jauh lebih modern telah banyak digunakan sehingga semakin menambah berbagai macam methodology prinsip-prinsip dalam mendesain. Salah satunya yaitu teknik gunting-tempel yang muncul sebagai inovasi pada masa ini.

Desainer paling berpengaruh dan desainer-desainer lainnya

Desainer paling berpengaruh
Paul Rand
Saul Bass
Lester Beall
Desainer lainnya
Max Huber
Joseph Binder
Alvin Lustig
Ciri-ciri style

Berprinsip simplicity
Komunikasi yang terkonsep
Cerdas dan kreatif
Pencampuran berbagai teknik fotografi, typesetting dan printing
Swiss

Latar belakang

Swiss memliki pengaruh besar tehadap perkembangan dunia desain garfish selama lebih dari dua decade. Terutama dalam area desain corporate identity. Para desainer Swiss adalah para desainer yang sangat perfeksionis dalam bentuk dan tipografi sans serif serta desainnya yang minimalis dan lebih mengutamakan pesan yang disampaikan. Desain yang simetris dan simetris didapatkan dari pemanfaatan grid-grid untuk mengorganisir elemen-elemen grafis dalam sebuah karya.

Desainer paling berpengaruh dan desainer-desainer lainnya

Desainer paling berpengaruh
Grasset
Steinlen
Felix Vallotton
Desainer lainnya
Burkhard Mangold
Emil Cardinaux
Otto Baumberger
Niklaus Stoecklin
Anton Stankowski
Ciri-ciri style

a.Dingin dan impersonal b.Asimertris dan simetris c.Penggunaan grid dalam proses desain d.Minimalis e.Mayoritas Menggunakan jenis fonts Sans Serif

Psychedelia

Latar belakang

Psychedelia muncul beriringan dengan budaya hippies yang berkembang pada tahun 60-an di daerah Haight Ashbury, San Fransisco. Nama psychedelic berkaitan erat dengan psychedelic drugs yang popular di kalangan kaum muda pada saat itu, terutama seringkali ditemui penggunaannya pada konser-konser music rock. Poster srtis berusaha untuk menangkap kesan visual penglihatan para pengguna drugs pada saat sedang ‘fly’. Gaya-gaya tipografi pada Psychedelic terpengaruh oleh Art Nouveau, tetapi terdapat pemadatan, bentuknya curvilinear dan berupa handwriting. Pada pewarnaan terpengaruh gaya Pop Art denganwarna-warnanya yang mencolok dan ramai.

Desainer paling berpengaruh dan desainer-desainer lainnya

Desainer paling berpengaruh
Victor Moscoso
Wes Wilson
Rick Griffin
Desainer lainnya
Milton Glaser
Peter Max
Lee Conklin
Ciri-ciri style

Penggunaan warna-warna yang mencolok dan ramai
Tipografi handwriting dan curvilinear shapes
Keterbacaan tipografi rendah
Font yang unik dan khas
Contemporary

Latar belakang

Contemporary tidaklah termasuk dalam perkembangan Desain Grafis, karena ini adalah kumpulan dari berbagai macam aliran-aliran desain yang sedang berkembang pada sekitar tahun `1965 hingga sekarang.

Desainer paling berpengaruh dan desainer-desainer lainnya

Desainer paling berpengaruh
Niklaus Toxier
Gregory Cutshaw
Damia Mattews
Desainer Lainnya
Tibor Kalman
Rubin Cordano
Fabien Ferri
Mcray Mackleby
Ciri-ciri style

Tipografi yang semakin kreatif dan inovatif, tipografi tidaklah lagi hanya sekedar tulisan tetapi sudah menjadi bagian dari image.
TOMMY gunaan teknik fotografi yang semakin berkembang

Sumber

Baca Selengkapnya..

Friday, November 23, 2012

Seni Instalasi


Seni instalasi (installation = pemasangan) adalah seni yang memasang, menyatukan, dan mengkontruksi sejumlah benda yang dianggap bisa merujuk pada suatu konteks kesadaran makna tertentu. Biasanya makna dalam persoalan-persoalan sosial-politik dan hal lain yang bersifat kontemporer diangkat dalam konsep seni instalasi ini.
Seni instalasi dalam konteks visual merupakan perupaan yang menyajikan visual tiga dimensional yang memperhitungkan elemen-elemen ruang, waktu, suara, pooja.

Tokoh :
pooja
Vito Acconci
Gustavo Aguerre
Artur Barrio
Sylvie Bélanger
Maurice Benayoun
Guillaume Bijl
Christian Boltanski
Christoph Büchel
Stefano Cagol
Janet Cardiff
Marco Casagrande
The Chapman Brothers
Bruce Charlesworth
Judy Chicago
Christo and Jeanne-Claude
Anne Cleary
Denis Connolly
Mark Divo
Pascal Dombis
John Duncan (artist)
Leif Elggren
Olafur Eliasson
Shahram Entekhabi
Ingrid Falk
John Fekner
James Robert Ford
Ignazio Fresu
Bernhard Gal
Valery Grancher
Ann Hamilton
Mona Hatoum
Carl Michael von Hausswolff
Gottfried Helnwein
Robert Irwin
Mark Jenkins
Ilya Kabakov
Kazuo Katase
Jonathon Keats
Mike Kelley
Ed Kienholz
Meeli Kõiva
Barbara Kruger
Janis Kounellis
Wolfgang Laib
Matthieu Laurette
Lennie Lee
Richard Long
Mary Lucier
David Mach
John K. Melvin
Annette Messager
Youri Messen-Jaschin
Orlando Mohorovic
Cornelia Parker
Judy Pfaff
Liz Phillips
Arne Quinze
Maria Reidelbach
Rene Rietmeyer
Ken Rinaldo
Don Ritter
David Rokeby
Sandy Skoglund
Patrice Stellest
Nathaniel Stern
Sarah Sze
Massimo Taccon
Yoko Terauchi
James Turrell
Camille Utterback
Bill Viola
Banks Violette
Matej Andraz Vogrincic
Zbigniew Wąsiel
Elisabeth Wierzbicka Wela
Krzysztof Wodiczko
Muhammad Arif Maimun (Cumun)
Wardy

Wikipedia

Baca Selengkapnya..