Seorang anak memainkan wayang suket hasil karya Badriyanto, warga Desa Wlahar Rembang Purbalingga. Wayang suket merupakan hasil karya Almarhum Mbah Gepuk yang pernah populer tahun 1990-an. Dibuat dari Suket atau Rumput Kasuran yang hanya tumbuh di bulan Sura dalam penanggalan Jawa. Kini hanya dua orang yang bisa membuat wayang dengan tingkat kesulitan tinggi ini.
SELAMA ini orang lebih banyak mengenal jenis wayang yaitu wayang kulit, wayang orang ataupun wayang golek. Namun wayang yang dibuat oleh Badriyanto, warga Wlahar, Rembang, Purbalingga terbilang unik.
Badriyanto membuat wayang dengan bahan baku 'suket' (rumput-red) yang dianyam dan ditata sedemikian rupa hingga bentuknya menyerupai wayang kulit. Ukurannya pun tak jauh beda dari wayang kulit.
Menurut Badriyanto, rumput yang digunakan untuk membuat wayang suket merupakan rumput khusus yang hanya tumbuh ketika bulan sura. Orang-orang menyebut rumput tersebut sebagai 'Rumput Kasuran'.
"Kalau mau membuat wayang suket harus memakai rumput kasuran, sebenarnya bisa memakai jenis rumput yang lain tapi hasilnya tidak bagus dan tidak tahan lama," kata Badriyanto. (Susilo Wahid)
Sebelum digunakan, menurut Badriyanto rumput tersebut harus direndam dalam air hingga setelah layu. Setelah itu, rumput dipukul-pukul (gepuk) agar pipih dan layu.
Baru setelah layu bisa dianyam dengan bentuk sesuai tokoh wayang. Butuh keahlian ekstra untuk dapat menganyam rumput tersebut hingga berbentuk wayang.
Proses pembuatan wayang sendiri bervariasi, antara tiga hingga satu minggu untuk satu tokoh wayang tergantung tingkat detail wayang.
"Kalau tokoh-tokoh yang sederhana bisa selesai dalam tiga hari, kalau tokohnya rumit seperti 'Bathara Guru' bisa lebih lama," katanya.
Untuk satu buah wayang suket, Badriyanto menghargainya sebesar 250 ribu rupiah. Hingga saat ini sudah cukup banyak seniman dalam dan luar negeri yang memesan wayang suket kepada Badriyanto.
Banyak pihak yang mengatakan bahwa Badriyanto adalah generasi terakhir yang masih bisa membuat wayang suket. Saat ini tidak ada yang bisa membuat wayang suket di Purbalingga kecuali Badriyanto sendiri.
Menurut Badriyanto, ia belajar membuat wayang suket dari kakeknya yang bernama Kasan Wikrama atau sering dipanggil Mbah Gepuk. Konon, Mbah Gepuklah yang menciptakan wayang suket di Purbalingga.
"Saya dulu diajari eyang saya waktu saya masih sekolah," kata Badriyanto.
Badriyanto mengatakan, dahulu ia belajar membuat wayang suket setelah ia pulang sekolah. Saat itu ia hanya diajari selama satu minggu, selanjutnya ia belajar sendiri.
"Saya diajari kakek cuma satu minggu, untuk bisa membuat wayang suket yang sempurna, saya butuh dua tahun untuk belajar," tambah Badriyanto,
Sementara itu ayah Badriyanto, Ali Sunarto mengaku bahwa kemampuan membuat wayang suket tersebut tidak diturunkan kepadanya. Sehari-hari ia bekerja sebagai tukang batu.
"Sepertinya ayah saya (Mbah Gepuk-red) memang mewariskan kemampuan membuat wayang suket kepada Badriyanto, bukan saya," kata Ali.
Untuk saat ini, Badriyanto hanya ingin terus berkarya dan terus mengembangkan karya seni warisan kakeknya itu. Menurutnya, sudah selayaknya, sebagai warisan sejarah, wayang suket harus terus dilestarikan agar tidak punah nantinya.
Sumber: http://jogja.tribunnews.com/2012/07/...ga-kian-langka
Here ]
Get this widget [
No comments:
Post a Comment