Saturday, September 17, 2016

Gintama ; Komik Review


Mangaka : Sorachi Hideaki

 Sakata Gintoki adalah samurai yang hidup di era ketika samurai tidak lagi dibutuhkan. Pasca perang dengan alien dari planet lain yang datang menyerang bumi. Makhluk-makhluk dari berbagai planet pun bekerja sama dalam berbagai bidang, seperti pasar bebas dalam lingkup galaksi. Gintoki tinggal bersama Kagura dan Shinpachi, mengambil pekerjaan sambilan apapun agar menghasilkan uang untuk membayar sewa rumah mereka.

 Sejarah jepang sudah menyebar ke seluruh dunia lewat banyak komik manga yang cukup popular seperti Samurai-x dan Gintama ini, lainnya saya tidak tahu tapi saya yakin banyak sekali yang mengambil tema atau latar belakang sejarah Jepang. Gintama dengan gagah datang memasuki harapan para pembaca komik shonen atau komik semacam pertarungan, namun para pembaca dipecundangi oleh kegagahan samurai yang berperilaku konyol namun berhati mulia, seperti pahlawan kebanyakan. Bodoh, mengejutkan, namun kuat dan membela kaum lemah. Komedi kental mewarnai setiap lembar bahkan panel komik, Memelintirkan sebuah pertumpahan darah oleh pihak yang saling bertikai dan sudah terkenal dengan kekejamannya sebagai samurai paska perang menjadi sebuah komedi yang paling tidak membuat pembaca tersenyum nyengir. Kekejaman masa perang dan sesudahnya pun menjadi sebuah realitas yang tak perlu ditutup-tutupi seperti di Indonesia ini.

 Alien menjadi pilihan untuk memunculkan karakter musuh umat manusia yang berwatak seperti para penguasa bumi, tamak, kejam, namun tersenyum ramah mengaku sebagai teman namun berpikiran lawan. Kata-kata yang sarkas menghiasi panel-panel namun tak perlu dikuatirkan merusak generasi karena generasi pembaca saat ini seharusnya cukup cerdas. Karena tanpa sarkasme, mungkin komedi di komik ini menjadi canggung. Guyonan-guyonan keseharian banyak sekali muncul dan saya juga tertawa dan sedikit menyimpulkan “Ternyata komedi keseharian di Jepang bisa di terima di Indonesia”. Kita sebut saja komedi universal.

 Gintama Tak menjijikan dengan menjilat pembaca dengan kisah cinta yang mendayu-dayu dan terlalu dipaksakan, kisah dalam Gintama selalu menarik untuk dibaca walaupun berkisar cerita yang bersifat “One-shot” atau langsung selesai. Hal ini membuat komik selalu bisa diteruskan selama komikus nya terus menggodok materi cerita sehari-hari yang menarik dan pas ditampilkan di era paska-perang menjelang modern. Tak terputus pada batas akhir cerita yang bertujuan khusus dan detail seperti menemukan harta karun, namun lebih luwes seperti detektif conan. 

Komik di Indonesia masih ragu-ragu untuk muncul dengan sejarah Indonesia yang dianggap kelam, masa kepresidenan Suharto. Komikus kita lebih nyaman mengusung cerita wayang yang dianggap “Nguri-uri budaya jawi” namun cenderung dipaksakan. Atau sibuk menyindir antar kelompok, antar agama, kepentingan politik, kelompok-kelompok seni, atau sibuk mencari komedi murahan yang bisa upload di media sosial dan berharap ketenaran.

Sumber

Related Post | Artikel Terkait



Get this widget [ Here ]

No comments:

Post a Comment