Wednesday, May 15, 2013

YUK, CURHAT LEWAT GAMBAR!




oleh Ester Sondang dan Henry Ismono
Dipublikasikan pertama kali di Tabloid Nova, edisi 1113, 22-28 Juni 2009

Diary Graphic atau komik curhat memang sudah biasa di luar negeri. Kendati di sini masih tergolong baru, toh, hasil karya dua ibu ini langsung diminati.

Curhat Tita karya Tita Larasati (37), ternyata memberi banyak inspirasi pada pembacanya. Bisa dibilang, Tita adalah salah satu pelopor penulis diary graphic di Indonesia saat ini. Jika orang lain menuliskan kejadian sehari-hari yang dialaminya, Tita memilih media gambar. Ia melukiskan suasana hati, pikiran, bahkan potret dirinya secara apa adanya. Di bukunya, perempuan yang sejak kecil suka menggambar ini melukiskan dirinya sebagai sosok bertubuh tinggi gempal, rambut pendek yang jarang tersisir, kacamata, kemeja flanel kotak-kotak yang tidak terkancing lengkap dengan kaos oblong di dalamnya, plus jins belel. Laiknya sebuah buku harian, Ibu dari Prasidya Dhanurendra Zijlstra (8) dan Syastira Lindri Dwimaharsayani Zijlstra (5) ini menggambar ceritanya dengan alur jelas, seperti komik. “Saya lebih suka menyebutnya diary graphic,” katanya sambil menjelaskan, Asterix, Tintin, dan lainnya, “Jelas disebut komik karena si pembuatnya sadar akan cerita yang dia buat. Si pembuat membuat jalan cerita semenarik mungkin dengan tokoh, lokasi, dan naskah yang sangat terencana. Benar-benar keep the reader on the story.”

Sedangkan, kata Tita lagi, “Yang saya buat, benar-benar apa adanya. Apa yang saya lihat dan amati, itu yang saya gambar. Beda lagi dengan graphic novel yang sekarang juga lagi happening. Itu merupakan novel dalam gambar, sehingga ceritanya lebih padat.”

Tak Yakin Laku

Yang jelas, sejak kecil, Tita sudah menyintai dunia gambar. Ayahnya yang arsitek, selalu membawa buku sketsa dan cat air ke mana-mana. Kebiasaan itulah yang menular ke wanita bernama asli Dwinita Larasati ini.
Begitulah. Lulus dari jurusan Desain Produk ITB, ia memilih melanjutkan kuliah S2 di Design Academy Eindhoven, Belanda, tahun 1998. Di sana pun, ia terus menggambar. Banyak teman kuliahnya yang senang membaca dan selalu menunggu gambar-gambar Tita. “Biasanya, kalau ada teman yang ingin memiliki gambar saya, akan saya kopikan. Jadi, aslinya tetap untuk saya. Sekarang sudah masuk buku sketsa ke-11.”

Dari Eindhoven, Tita lompat ke Amsterdam, mengambil S3 di Delft University of Technology. Nah, tidak jauh dari rumahnya di sana, ada sebuah toko komik terkemuka, Lambiek. Saat Lambiek mengadakan acara Amsterdam 24 hour Comic Day, Tita ikut serta. Tak lama berselang, karyanya terpilih di 24 Hour Comic Highligths di Amerika Serikat.
Ketika kembali ke Tanah Air tahun 2007, istri Sybrand Zijlstra ini dilirik penerbit Cinta Anak Bangsa. “Mereka mau membukukan diary graphic saya. Sempat tak percaya diri mulanya. Apa, ya, ada yang suka dan laku?” kisah dosen ITB ini. Ternyata bukunya, Curhat Tita, laris-manis. “Sekarang sedang menyiapkan terbitan kedua,” ujarnya senang.

Visa Ditolak Lala Malah Berjaya

Karya Tita Larasati rupanya memberikan inspirasi tersendiri pada Sheila Rooswitha (29) alias Lala. Belum lama ini, ia meluncurkan komik curhat berjudul Cerita Si Lala. Sebenarnya, Lala sudah mulai membuat komik curhat tahun 2003 silam. Kala itu, ia sangat kecewa karena gagal melanjutkan studi S2 ke Jerman. “Padahal, semuanya sudah siap. Saya sudah dapat sekolah, tempat tinggal, tingggal mengurus visa,” kisah Lala.

Ia pun kemudian menuangkan unek-uneknya dalam bentuk gambar. “Belasan halaman saya buat. Saya membuatnya dalam diary khusus yang sampai sekarang masih saya simpan,” kata ibu satu anak yang suka menggambar ini. Saat itu, “Enggak terbayang sama sekali, satu saat bisa diterbitkan sebagai buku.”

Kesibukan sebagai pembuat story board artist dan illustrato (karyanya antara lain Arisan (2003), Lovely Luna (2004), dan Cinta Silver (2005) membuatnya sejenak lupa pada komik curhat. Suatu saat, alumni Desain Grafis Universitas Trisakti ini menyaksikan curhat Tita dalam situsnya esduren.multiply.com. “Karya Tita bagus. Wah, ternyata komik curhat sangat seru. Saya pun tergerak bikin lagi,” ujar Lala yang bersama suaminya Fajar membuat foto-foto prapernikahan dalam bentuk gambar.

BUKAN MURAHAN

Berbagai kejadian yang membuatnya sangat berkesan, ia tuangkan dalam goresan yang indah. Misalnya saja saat hamil, piknik ke Jawa Timur bersama keluarga, atau anjing kesayangannya yang lucu. Lala menawarkan kumpulan gambar aneka kejadian ini ke penerbit. Ternyata, penerbit Curhat Anak Bangsa bersedia menerbitkannya. “Penerbit memang mau cari komik jenis ini.”

Lala amat bahagia ketika tahu, karyanya disukai banyak orang. “Kebanyakan kaum perempuan. Ada ibu hamil, ada juga yang baru menikah. Mereka merasa terwakili dalam komik itu. Wah, saya tentu saja sangat senang,” ujar Lala yang melahirkan anak pertama Oktober tahun lalu.

Di sela-sela kesibukannya merawat si buah hati Aradea, Lala rajin menuangkan idenya dalam coretan di kertas. “Sudah banyak goresan yang saya bikin, tinggal nanti menyempurnakannya. Antara lain, tentu saja ketika si buah hati lahir. Senangnya merawat Aradea juga saya tuangkan dalam komik,” kata Lala yang kesukaannya didukung sang suami. “Kebetulan, dia juga penggemar komik dan suka menggambar. Saya sering dapat masukan dari Mas Fajar.”

Kini, bersama suami Lala mengelola Ayla Studio. “Kami jualan jasa bikin ilustrasi. Selama ini, saya sudah menggarap sekian banyak iklan dalam format komik. Misalnya komik pesanan tentang edukasi merawat tanaman,” kata Lala yang amat yakin, komik curhatnya punya segmen tersendiri. “Setidaknya saya ingin menyampaikan, komik bukan bacaan murahan!”





Related Post | Artikel Terkait



Get this widget [ Here ]

No comments:

Post a Comment